Benteng ini terletak di perkebunan warga bernama Mlo-daiwo (ujung kampung) atau oleh masyarakat setempat menyebutnya Tabalola.
Fikram, salah satu pemilik kebun yang berdekatan dengan benteng mengatakan, penamaan Tabalola mempunyai kemiripan dengan nama benteng itu.
“Di kobong (kebun) Mlodaiwo/Tabalola itu dia pe nama benteng kalau tara(tidak) salah Tabulolo,” ungkap Fikram sebagaimana dilansir dari SALOI.ID.
Sementara Hi Samri, pemilik kebun yang berlokasi di titik area benteng mengatakan, benteng tersebut ditemukan sejak nenek moyang mereka memulai pembongkaran lahan perkebunan, namun ia bilang belum tahu pasti kapan benteng itu ditemukan.
“Waktu saya masih sekolah dulu, tong (kami) punya kakek cerita benteng itu sudah ada sejak berapa abad lalu. Saya sudah lupa, kemungkinan tiga abad lalu,” ungkap Hi Samri pada Pijarpena.id.
Dari pengamatan di lokasi, kondisi benteng tersebut tampak tak lagi seperti dulu. Bangunan benteng tertimbun tanah dan ditumbuhi rumput liar serta akar pohon.
Area benteng juga ditumbuhi dengan komoditas warga seperti pohon pala dan kelapa. Meskipun demikian ada beberapa bagian benteng yang masih terlihat di permukaan.
Seperti lubang dan sudut Benteng yang merupakan hasil penggalian yang tidak sengaja oleh pemilik lahan ketika akan bertanam.
Terlihat struktur benteng tersebut dibangun menggunakan bahan kalero (perekat dari kerang atau karang) dan batu.