Begini Kronologis Kasus Difteri di Kota Ternate dan Upaya Cegah Penyebarannya

Begini Kronologis Kasus Difteri di Kota Ternate dan Upaya Cegah Penyebarannya
Kepala Dinas Kesehatan Kota ternate, dr. Fathiyah Suma. (Foto: Dok. Dinkes Ternate/Nuraini

Difteri sebagaimana dilansir dari laman lms.kemkes.go.id adalah salah satu penyakit yang sangat cepat menular disebabkan oleh bakteri gram positif Corynebacterium diphtheriae strain toksin tapi dapat dicegah dengan imunisasi.

Penyakit ini ditandai dengan adanya peradangan pada tempat infeksi terutama pada selaput mukosa faring, laring, tonsil, hidung dan juga pada kulit.

Fatihiyah juga menyebut, cara penularannya melalui percikan ludah saat batuk, bersin, muntah dan berbicara, serta penggunaan alat makan minum bersama atau kontak langsung dengan lesi kulit.

Adapun tanda dan gejala berupa infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) bagian atas, adanya nyeri tenggorokan, nyeri menelan, demam tidak tinggi (kurang dari 38,5 0C).

Baca pula:  7 Tahun “Hilang”, Diduga Penyakit Difteri Muncul Kembali di Ternate

“Ditemui adanya pseudomembran putih atau keabu-abuan atau kehitaman di tonsil, faring atau laring yang tak mudah lepas, serta berdarah apabila diangkat,” katanya.

Dikatakan, ada sebanyak 94 persen kasus difteri mengenai tonsil dan faring. Pada keadaan lebih berat dapat ditandai dengan kesulitan menelan, sesak nafas, stridor dan pembengkakan leher yang tampak seperti leher sapi (bullneck).

Kematian biasanya terjadi karena obstruksi atau sumbatan jalan nafas, kerusakan otot jantung, serta kelainan susunan saraf pusat dan ginjal.

“Kalau sudah menyebar luas perlu melakukan ORI (Outbreak Respon Imunisasi) atau pemberian imunisasi massal secara selektif pada wilayah terdampak untuk pembentukan kekebalan kelompok sebagai bentuk perlindungan dari penularan penyakit,” tuturnya.

Baca pula:  Divalidasi KLH/BPLH, KLHS RPJMD Malut 2025-2029 Tuntas

Berdasarkan data yang diperoleh Pijarpena.id dari Dinkes Kota Ternate, kasus difteri dalam lima tahun terakhir terjadi dua kasus suspect masing-masing terlapor satu kasus pada 2018 dan pada 2022.

Mengingat difteri adalah jenis penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Disarankan jenis imunisasi yang dapat mencegah dari penyakit difteri adalah dengan pemberian DPT-Hb-Hib pada bayi dan Baduta.

Adapun imunisasi untuk anak kelas 1, kelas 2 dan kelas 5 SD pada akan diberikan pada Agustus dan November setiap tahunnya bertepatan dengan bulan imunisasi anak sekolah.

“Jadi kami menghimbau pada masyarakat yang masih mempunyai bayi, balita dan anak usia sekolah dasar untuk tidak melewatkan jadwal pemberian imunisasi pada anak kita di Posyandu, Puskesmas dan sekolah,” tutupnya penuh harap. (rud/fm)

WhatsApp Channel PIJARPENA.ID